Rabu, 09 Januari 2013

FILSAFAT IKHWAN AS-SHAFA


FILSAFAT IKHWAN AS-SHAFA
A.    Latar Belakang dan Tokoh Ikhwan Ash-Shafa
Pasca wafatnya Al-Farabi, muncul sekelompok anak manusia yang menamakan dirinya Ikhwan ash-Shafa ( saudara-saudara yang mementingkan kesucian jiwa ). Kelompok ini mewariskan sebuah adikarya ensiklopedis tentang ilmu pengetahuan dan filsafat dengan judul Rasail Ikhwan ash-Shafa . karya ini berisi 50 risalah yang mengulas berbagai bidang keilmuan meliputi matematika, fisika, jiwa, metafisika dan sebagainya.[1] Sebagai kelompok rahasia, Ikhwan al-Shafa dalam merekut anggota baru dilakukan lewat hubungan perorangan dan dilakukan oleh orang-orang yang terpercaya.[2]
Dalam Wikipedia disebutkan, Ikhwan as-Shafa (اخوان الصفا) berarti (Persaudaraan Kemurnian) adalah organisai rahasia yang aneh dan misterius yang terdiri dari para  filusuf Arab Muslim, yang berpusat di Basrah, Irak -yang saat itu merupakan ibukota Kekhalifahan Abassiyah-di sekitar abad ke-10Masehi. Kelompok yang lahir di Bashrah kira-kira tahun 373H/983M ini, terkenal dengan Risalahnya, yang memuat doktrin-doktrin spiritual dan sistem filsafat mereka. Nama lengkap kelompok ini adalah Ikhwan al-Shafa wa Khullan al-Wafa wa Ahl al-Hamd wa Abna’ al-Majd. Sebuah nama yang diusulkan untuk mereka sandang sebagaimana termaktub dalam bab ”Merpati Berkalung” dan Kalilah wa Dimnah, sebuah buku yang sangat mereka hormati. Ikhwan al-Shafa berhasil merahasiakan nama mereka secara seksama. Namun Abu Hayyan al-Tauhidi menyebutkan, sekitar tahun 373H/983M lima orang dari kelompok Ikhwan al-Shafa seperti, Abu Sulaiman Muhammad bin Ma’syar al-Busti, yang dikenal dengan al-Muqaddisi, Abu al-Hasan Ali bin Harun al-Zanjani, Abu Ahmad Muhammad al-Mihrajani, al-Aufi, dan Zaid bin Rifa’ah yang terkenal itu.[3]

Adapun identitas masing-masing anggota kelomponya tidak jelas. Ini dikarenakan mereka saling menyembunyikan identitas mereka. Untuk itu metode yang dilakukan untuk merekrut anggota baru ialah dengan cara relasi antar individu bahkan secara sembunyi-sembunyi.
B.     Karya Ikhwan Ash-Shafa
Pertemuan-pertemuan yang dilakukan sekali dalam 12 hari dirumah Zaid ibn Rifa’ah (ketua) secara sembunyi-sembunyi tanpa menimbulkan kecurigaan telah menghasilkan 52 risalah. Jumlah rasail tersebut ada 50 risalah dengan satu ringkasan dan satu lagi ringkasan dari ringkasan. Rasail itu merupakan ensiklopedi popular tentang ilmu dan filsafat pada waktu itu.  Ditilik dari segi isi, rasail tersebut dapat diklasifikasikan kepada empat bidang, yaitu :
1.      14 risalah tentang matematika, yang mencakup geometri, astronomi, music, geografi, teori dan praktek seni, moral dan logika.
2.      17 risalah tentang fisikadan ilmu alam, meliputi, geologi, minerologi, botani, hidup dan matinya alam, senang dan sakitnya alam, keterbatasan manusia, dan kemampuan kesadaran.
3.      10 risalah tentang ilmu jiwa, meliputi metafisika madzhab Pytagoeranisme dan kebangkitan alam.
4.      11 risalah tentang ilmu-ilmu ketuhanan, mencakup kepercayaan dan keyakinan, hubungan alam dengan Tuhan, keyakinan Ikhwan Ash-Shafa, kenabiaan dan keadaan-Nya, tindakan rohani, bentuk konstitusi politik, kekuasaan Tuhan, magic dan jimat. [4]
C.     Filsafat Ikhwan Ash-Shafa
1.      Pengetahuan, Filsafat dan Agama
a.       Pengetahuan
Ikhwan ash-Shafa membagi pengetahuan terhadap tiga kategori yaitu: sastra, sariat dan filsafat. Pengetahuan syariat merupakan pengetahuan nubuwat yang disampaikan oleh para nabi, sedangkan sastra dan filsafat merupakan hasil kreasi jiwa manusia. Bagi mereka, pengetahuan yang paling mulya itu adalah syariat, dan berikutnya adalah filsafat. Dilihat dari objek pengetahuan, pengertahuan yang paling mulia adalah pengetahuan tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya. Kemudian pengetahuan tentang hakikat jiwa dan hubungannya dengan raga, pelepasan dari raga, keberadaannya di alam jiwa, tentang hari kebangkitan, hari berhimpun, hari perhimpunan amal baik dan buruk, hari surga atau neraka, dan perjumpaan dengan Tuhan. 
b.      Filsafat
Bagi golongan Ikhwan al-Shafa, filsafat itu bertingkat-tingkat. Pertama-tama cinta kepada ilmu; kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud menurut kesanggupan manusia, dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu. Mengenai lapangan filsafat, maka dikatakannya ada empat, yaitu matematika, logika, fisika, dan ilmu ketuhanan. Ilmu ketuhanan mempunyai bagian-bagian, yaitu:
1.      Mengetahui Tuhan;
2.      Ilmu kerohanian, yaitu malaikat-malaikat Tuhan;
3.      Ilmu kejiwaan, yaitu mengetahui roh-roh dan jiwa-jiwa, yang ada pada benda-benda langit dan benda-benda alam;
4.      Ilmu politik yang meliputi politik kenabian, politik pemerintahan, politik umum (politik kekotaan), politik khusus (politik rumah tangga), politik pribadi (akhlak);
5.      Ilmu keakhiratan, yaitu mengetahui hakikat kehidupan di hari kemudian.[5]


c.       Agama
Ikhwan al-Shafa adalah Muslim. Namun mereka memiliki interpretasi tersendiri mengenai agama pada umumnya dan tentang Islam pada khususnya. Corak Syi’ah yang amat tampak dalam kegiatan misioner memang dramatis sebab ini sangat membantu mereka menyentuh emosi massa. Secara historis, sebetulnya Ikhwan al-Shafa tidak termasuk ke dalam sekte manapun. Sebetulnya mereka hanya berupaya dengan dibantu Islam dan filsafat Yunani, untuk menanamkan doktrin spiritual yang dapat menggantikan agama-agama historis dan yang, pada waktu yang sama, dapat diterima oleh semua orang serta tidak menyinggung perasaan siapa pun.[6]
Ikhwan al-Shafa memandang agama sebagai sebuah din, yaitu kebiasaan atau kepatuhan kepada seorang pemimpin yang telah diakui. Agama sangat diperlukan sebagai sanksi sosial dalam mengatur massa, dalam mensucikan jiwa, dan dikarenakan semua manusia sebelum lahirnya pun sudah bertabiat untuk beragama dan berbuat kebajikan. Dalam pengertian ini agama adalah satu untuk semua orang dan segala bangsa.
Berkenaan dengan fakta pluralitas agama yang dibawa para nabi, Ikhwan ash-Shafa mengatakan bahwa agama para nabi tidak saling bertentangan dalam aqidah. Para nabi hanya berbeda dalam syariat ( hukum ), sebagaiman firman Allah SWT “ Dan bagi tiap-tiap umat dikalangan kaumku kamu jadikan satu syariat dan cara hidup, bagi tiap umat satu cara beribadah untuk mereka laksanakan “. Ikhwan ash-Shafa menyatakan bahwa perbedaan syari’at bukan hal yang mengkhawatirkan sebab kondisi sosio-kultural umat tidak pernah sama dari masa kemasa.[7]

2.      Tuhan dan Emanasi Alam
Seperti halnya al-Farabi, Ikhwan al-Shafa juga menganut teori emanasi dalam menggambarkan proses penciptaan alam. Namun faham emanasi mereka berbeda dengan faham emanasi al-Farabi.
 Adapun tentang ketuhanan, Ikhwan al-shafa melandasi pikirannya kepada bilangan. Menurut mereka,ilmu bilangan adalah lidah yang mempercakap tentang tauhid, al-tanzih  mediakan sifat dan tasybih serta serta dapat menolak manusia yang mengingkari keesaan Tuhan.
Berkaitan dengan penciptaan alam, pemikiran Ikhwan Ash-Shafa merupakan perpaduan antara pendapat Aristoteles, Plotinus dan Mutakalimin. Bagi Ikhwan Ash-Shafa Tuhan adalah pencipta dan mutlak Esa. Dengan kemauan sendiri Tuhan menciptakan Akal pertama dan akal aktif secara emanasi. Dengan demikian, kalau Tuhan qadim  dan baqi maka akal pertamapun demikian halnya. Pada akal pertama ini lengkap segala potensi yang akan muncul pada wujud berikutnya. Jadi, secara tidak langsung Tuhan berhubungan dengan alam materi, sehingga tauhid dapat dipelihara dengan sebaik-baiknya. Lengkapnya rangakaian proses emanasi adalah :
1.      Akal pertama atau akal aktif
2.      Jiwa Universal
3.      Materi pertama
4.      Potensi Jiwa Universal
5.      Materi absolute atau materi kedua
6.      Alam-alam planet
7.      Anasir-anasir alam terendah, yaitu air, udara, tanah  dan api
8.      Materi gabungan, yang terdiri dari mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan
3.      Jiwa Manusia dan Hidup Sesudah Mati
Seperti halnya al-Kindi, ar-Razi, dan al-Farabi, Ikhwan al-Shafa juga memandang manusia terdiri drai dua unsure : jiwa yang bersifat imateri,dan raga yang merupakan campuran dari tanah, air, udara dan api. Dalam salah satu risalah mereka menyebutkan bahwa masuknya jiwa kedalam tubuh sebagai hukuman bagi jiwa yang telah melakukan pelanggaran ( seperti dalam kisah Nabi Adam ). Kemudian menurut Ikhwan al-Shafa kemurnia jiwa ini dijustifikasi oleh firman Tuhan. Dengan pendidikan yang benar jiwa manusia akan menjadi suci. Jiwa yang suci menurut Ikhwan al-Shafa sebagai malaikat dalam potensi.[8]

DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Amroeni . Filsafat Isla.(Jakarta : Erlangga 2012)
Dahlan,Abdul Aziz , Pemikiran Falsafi dalam Islam (Jakarta: Djambatan 2003)
Farrukh, Omar A. dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2004)
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)
Nasution,Hasyimsyah. Filsafat islam.(Jakarta : Gaya Media Pratama 1999)



[1] Amroeni Drajat. Filsafat Islam.(Jakarta : Erlangga 2012)h. 37
[2] Abdul Aziz Dahlan, Pemikiran Falsafi dalam Islam (Jakarta: Djambatan 2003) h. 84
[3]  Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam, (Bandung : Nuansa Cendikia 2004)h. 181
[4] Hasyimsyah Nasution. Filsafat islam.(Jakarta : Gaya Media Pratama 1999)h. 46
[5] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 8
[6] Op Cit. Omar A. Farrukh dalam M.M. Syarif (editor), Aliran-Aliran Filsafat Islam,h. 183.
[7] Op Cit. Amroeni Drajat. Filsafat Islam.h.39
[8] Ibid. Amroeni Drajat. Filsafat Islam.h. 41-42

Innocence of Muslim Sebagai Pemicu Konflik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Agama dan manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, agama sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Agama dalam prinsipnya juga sangat berpengaruh serta ikut andil dalam membangun kehidupan bermasyarakat. Agama mempunyai peranan pemeluknya menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya.
Banyaknya agama dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat tak jarang menjadi pemicu konflik. Ketika antar umat beragama kurangnya toleransi akan membuat benih konflik dan lamakelamaan akan menjadi konflik. Hal yang kecilpun bahkan bersifat spele ketika dihubungkan dengan agama akan berubah menjadi konflik yang besar. Karena ketika ada sesuatu yang mengusik agamanya atau kepercayaannya maka secara spontan pemeluk agama tersebut akan merasa terpanggil untuk membela agamanya. Dan inilah yang biasanya menjadi pemicu konflik antar umat beragama. Sama halnya dengan adanya film Innocence of Muslims yang meresahkan umat muslim yang pasalnya dalam film tersebut berisi menjelek-jelekan rasulullah, padahal dalam Islam sosok rasulullah ialah sosok yang diagungkan ini berbanding terbalik dengan film yang disutaradarai oleh Sam Bacile.
Para sosiolog yang meneliti agama menganalisis hubungan antara masyarakat dan agama dan mempelajari peran yang dijalankan agama dalam kehidupan orang. Mereka tidak berupaya untuk membuktikan bahwa salah satu agama adalah lebih baik daripada agama lain. [1]
1.2  Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi :
-          Agama tidak akan lepas dari konflik
-          Hubungan agama dengan konflik yang salin berkesinambungan
-          Innocence of Muslims adalah film yang menjadi salah satu faktor konflik agama
-          Innocence of Muslims dianggap menglecehkan agama Islam


1.3  Perumusan Masalah
1.      Apa pengertian Konflik ?
2.      Hubungan agama dengan konflik ?
3.      Apa Film Innonce of Muslims ?
4.      Perspektif al-Qur’an dan Hadits memandang sosok Nabi Muhammad Saw. ?
5.      Konflik bagaimana yang timbul dari film tersebut ?

1.4  Tujuan dan Manfa’at
-          Tujuan
Untuk mengetahui konflik yang muncul dengan adanya film Innocence of Muslims dan mengetahui faktor dari film tersebut mengapa menjadi pemicu konflik agama.

-          Manfa’at
Hasil penelitian diharapkan :
a.       Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi peneliti dalam memahami konflik yang muncul dari film Innocence of Muslims.
b.      Dapat mengetahui faktor-faktor yang menjadi pemicu konflik dari film tersebut.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian konflik
a.       Pengertian konfilik secara etimologi
Pengertian konflik menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pertentangan atau percekcokan.[2] Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling memukul.[3]
b.      Pengertian konflik secara terminology
Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat diminimalkan.

Beberapa  para Ahli yang  mendefinisikan konflik, diantaranya sebagai berikut :
1.      Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2.     Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3.     Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.[4]

B.     Agama dan konflik
Realitas agama tersebut meniscayakan adanya hubungan timbal balik (simbiotik-mutualistik), mengingat kebermaknaan agama selalu diukur dengan kedua realitas itu. Mircea Eliade dalam hal ini, menyatakan bahwa adanya inti agama adalah dialektika antara yang sacral dan profan. Karena agama secara fitri dimaksudkan sebagai pegangan (guidance) bagi manusia, maka agama dengan sendirinya agama harus memiliki nilai kebenaran absolutis.[5]
Ketika agama atau suatu kepercayaan yang sacral diusik bahkan dilecehkan tentu akan membuat para pengikut agama ataupun kepercayaan tersebut berontak tidak menerima akan usikan orang lain akan agamanya. Ini semua karena doktrin yang mereka miliki sudah melekat dalam diri mereka, karena agama dipandang suatu yang sangat sakral. Agama tidak akan pernah lepas dari konflik baik konflik yang berasal dari  faktor internal maupun eksternal.
C.     Film Innocence of Muslims
1.      Gambaran dan Isi Film Innocence of Muslims
Innocence adalah sebuah film produksi Amerika membuat resah dan melukai umat Islam. Pasalnya, film berjudul “Innocence of Muslims” yang berdurasi dua jam ini   melibatkan 59 aktor dan 45 kru yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW, yang sangat dimuliakan oleh umat Islam, dengan sosok lelaki yang suka berzina, homoseks, pedofilia, barbar, serta pembunuh perempuan dan anak-anak.
Film garapan Bam Bacile tersebut diunggah (upload) ke situs populer youtube tepat pada saat Amerika memeringati peristiwa serangan 11 September 2001 ke gedung kembar WTC tahun ini. Cuplikan film ini sebenarnya sudah diunggah  dalam bahasa Inggris sejak Juli lalu, tetapi menjadi heboh dan mengundang protes massal setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Thriller  yang berdurasi sekitar 14 menit ini mempertontonkan Nabi Muhammad sebagai seorang homoseksual dan mendukung seks di luar nikah serta pedofilia.
Pada dasarnya Kasus penghinaan terhadap Rasulullah SAW bukan pertama kali ini terjadi. Namun, dampak film yang diproduksi di tengah kebangkitan Islam khususnya di Timur Tengah dan sentimen anti-AS yang sudah terpendam sejak peristiwa tragedi WTC, itu memiliki nuansa yang berbeda. AS tidak lagi bisa semena-mena melakukan kebijakan yang tidak pantas sebagaimana dilakukan pada rezim sebelum Obama.
Pemeran film serta dialog yang ditampilkan tampak amatir, tetapi deskripsi dan pesannya sangat terang. Hal ini pasti membuat siapapun yang paham dengan dua kalimat syahadat, yang kita diucapkan minimal 9 kali sehari, akan jijik dan berang. Betapa pembuat film sama sekali memutarbalikkan sosok Nabi dan ajaran Islam yang suci menjadi hina-dina.[6]
2.      Faktor film Innocence of Muslims dikecam Umat Islam
Ada beberapa faktor yang membuat film innocence of muslims ini dikecam umat muslim diseluruh dunia , yang menjadi faktor utama pengecaman film ini karena isi film tersebut menghina rasulullah.
D.    Perspektif al-Qur’an dan Hadits memandang sosok Nabi Muhammad Saw.
Sosok nabi Muhammad Saw. yang di gambarkan dalam Nash al-Qur’an maupun hadits ialah sosok manusia yang sangat istimewa dan sangat dimulyakan.
Rasulullah merupakan nabi terakhir dan merupakan nabi panutan yang sangat agung.
3.      Perspektif Al-Qur’an terhadap sosok Nabi Muhammad Saw.
Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang keutamaan rasulullah Saw.  Diantaranya sebagai berikut :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya : “  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah “ ( Q.S Al- Ahzab : 31 )
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ   .
Artinya : “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. “ ( Q.S Al-Qalam : 4 )
 Dari kedua ayat suci  diatas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. merupakan sauri teladan yang terbaik dan memiliki budi pekerti yang agung. Kemudian ada ayat lain yang menegaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Umat islam untuk mengikuti jejak-jejak, petunjuk rasulullah SAW.
Sebagaimana dalam Surat Ali Imran Ayat 31 :
ö@è% bÎ) óOçFZä. tbq7Åsè? ©!$# ÏRqãèÎ7¨?$$sù ãNä3ö7Î6ósムª!$# öÏÿøótƒur ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ 3 ª!$#ur Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÊÈ  
Artinya : “ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Q.S Ali Imran :31 )
4.      Perspektif Hadits terhadap sosok Nabi Muhammad Saw 
Salah satu alasan mengapa Allah menurunkan Muhammad SAW. di tengah-tengah manusia. Tiada lain untuk membimbing nafsu manusia bagaimana seharusnya ia dibimbing, dikendalikan dan diarahkan. Rasulullah SAW. bersabda:
إنما بعثت لأتم صالح الاخلق 
Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).[7]
Hadis dari Anas dia menyatakan:
 كان احسن الناس خلقا
“Nabi SAW. adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”. (HR: Muslim dan Abu Dawud).[8]
Berdasarkan perspektif al-Qur’an dan Hadis memandang sosok nabi Muhammad Saw. ini menunjukan bahwa sosok nabi Muhammad merupakan sosok nabi yang sangat diagungkan. Umat islampun menganggunkan sosok nabi Muhammad Saw. ketika nabi yang mereka agungkan dilecehkan tentunya umat Islam akan merasa terkejut dan sakit hati akan penghinaan tersebut. doktrin yang umat Islam yakini ialah nabi Muhammad Saw, sosok yang sangat diagung-agungkan namun berbanding terbalik dengan sosok nabi Muhammad Saw. yang digambarkan dalam film tersebut. Inilah yang kemudian menjadi pemicu konflik dari munculnya film tersebut.

E.     Konflik yang muncul dari Film Innocence of Muslims
Pada dasarnya kasus penghinaan terhadap Rasulullah SAW bukan pertama kali ini terjadi. Namun, dampak film yang diproduksi di tengah kebangkitan Islam khususnya di Timur Tengah dan sentimen anti-AS yang sudah terpendam sejak peristiwa tragedi WTC, itu memiliki nuansa yang berbeda. Dalam waktu hanya beberapa hari saja, film berjudul ”Innocence of Muslim” langsung menjadi sorotan. Film amatir ini segera saja menjadi kontroversi karena dinilai berisi penghujatan dan penilaian terhadap Islam. Akibat dari munculnya film ini kedutaan besar AS yang berada di Timur Tengah dan Asia menjadi sasaran atas amukan umat Islam.
Reaksi-reaksi Umat Islam akibat munculnya film Innocence of Muslims :
1.      Reaksi Umat Islam di Timur Tengah
Film Innoncence of Muslims ini telah membuat guncang umat muslim di seluruh belahan dunia terutama umat muslim yang berada di timur tengah. Umat muslim gencar-gencarnya menggelar aksi demonstrasi atas munculnya film tersebut. Demonstrasi ini merupakan salah satu bentuk marahnya umat islam, selain itu demo yang dilakukanpun banyak yang bersiafat anarki sehingga menelan korban. Film yang berdurasi dua jam ini menjadi pemicu konflik disana-sini, karena film ini dianggap  menjelek-jelekan sosok Nabi Muhammad Saw. Padahal di Islam sendiri sosok nabi Muhammad adalah sosok nabi yang sangat diagung-agungkan dan dipuja-puja baik dalam al-qur’an maupun dari gambaran hadis-hadis yang telah disampaikan beliau.  Adapun reaksi umat islam di timur tengah diantaranya sebagai berikut:
-           Sebagian umat Islam di Libya membuat aksi protes dan demontrasi yang besar-besaran terhadap adanya film tersebut hingga akhirnya mengakibatkan terbunuhnya Kedubes As dan tiga staf di Benghazi.
-          Reaksi umat Islam di Yaman, di Yaman pun sama halnya dengan di Negara Libya Umat muslim di Yaman mengadakan demo atas adanya film Innoncence of Muslims dan menewaskan empat orang pendemo yang ditembak oleh polisi antihuru-hara Yaman.
-          Reaksi umat Islam di Sudan dan Tunisia
Kemudian di Sudan dan Tunisia 3 pendemo juga tewas di luar kantor kedubes AS.
-          Reaksi umat Islam di Mesir
Di Mesir pun terjadi demo yang besar sehingga menelan korban seorang pendemo di area Kedubes AS.[9]
2.      Reaksi Umat Islam di Indonesia
Umat islam di Indonesiapun tidak kalah dengan umat islam di Timur tengah, umat islam di Indonesiapun terasa terpanggil untuk menyuarakan kegelisahan hati mereka dengan munculnya film Innocence of Muslims ini. Ormas-ormas islam di Indonesia pun menggelar aksi demokrasi diberbagai daerah di Indonesia diantaranya demontrasi yang dilakukan di Yogyakarta dan Bandung.[10]
Dari berbagai umat islam dibelahan dunia yang gencar-gencaran memprotes terhadap munculnya film Innocence of Muslims. Adapun atas demonstrasi yang gencar-gencarnya dilakukan oleh umat islam diberbagai penjuru dunia khususnya umat muslim yang ada di Timur tengah dan Asia, mereka memiliki beberapa tuntutan atas munculnya film tersebut. Adapun tuntutan umat islam diantaranya sebagai berikut :
-          Menghukum orang-orang yang terlibat dalam produksi film tersebut
-          Pihak-pihak yang terkait dengan film tersebut harus meminta maaf kepada seluruh umat muslim di dunia dan berjanji untuk tidak mengulangi hal seperti ini kembali
-          Menutup situs sosial media yang menyebarkan film tersebut
-          Mengahpus film tersebut dari peredaran yang ada dimasyarakat.




[1] James M. Henslin. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi.h. 163-164
[2] Drs. Abdul Muis.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Gali Ilmu.h.172
[3] http://zeincom.wordpress.com/2011/10/23/pkjsk/
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
[5] Prof. Dr. Ridwan Lubis,MA. Agama dalam Perbincangan Sosiologis.Citapustaka Media Perintis.h. 5
[6] http://zeincom.wordpress.com/2011/10/23/pkjsk/

[7] Muhammad Ibn Ismail ibn ( Abu Abdullah). Kitab Shohih Bukhari. Darl- Fikr.h.103
[8] Muslim Ibn Al-Hajjad ibn Musilim Anaisaburi ( Abdul Husein ). Kitab Shohih Muslim. Darl-Fikr. h.78
[9] http.scribid.konflik innocence of muslims
[10] www. Sindonews.com